Sabtu, 08 Agustus 2015

info seputar pesisir




                                                      DEGRADASI PESISIR TELUK AMBON

Pendahuluan

Propinsi Maluku terkenal sebagai salah satu lumbung ikan di Indonesia. Berbagai wilayah didaerah tersebut merupakan wilayah yang potensial untuk berbagai usaha perikanan, salah satunyaadalah Teluk Ambon. Teluk Ambon terkenal sebagai ladang ikan Cakalang  Katsuwonus pelamis)dan Tuna (Thunus  sp.) yang juga merupakan kualitas eksport. Namun, tidak hanya itu, Teluk Ambon juga merupakan tempat penangkapan ikan umpan seperti ikan Teri (Stolephorus spp.),ikan‘make’(Sardinella,spp.),ikan‘lalosi’(Caesio spp.), ikan‘lompa’(Thrissina spp.),ikan‘Momar ’( Decopterus spp.) dan ikan‘tatari’/ Rastrelliger spp. Ikan-ikan umpan tersebut digunakan untuk keperluan kapal-kapal penangkap ikan yang beroperasi di laut Banda. Di sisi lain, Teluk Ambonterbagi menjadi dua wilayah teluk yang berbeda karakteristiknya, yakni: Teluk Ambon bagian luar dan Teluk Ambon bagian dalam. Dua wilayah ini dipisahkan oleh suatu ambang/sill berkedalaman12,8 meter dan lebar 7,8 meter, sehingga oleh karena keberadaannnya yang demikian, makamembentuk karakteristik yang berbeda antara Teluk Ambon bagian luar dan dalam, yakni pada Teluk Ambon bagian luar memiliki pola arus yang dipengaruhi oleh laut Banda sehingga arusnya lebihderas, sedangkan di teluk bagian dalam, arusnya lebih tenang. Dengan kondisi demikian, makawilayah Teluk Ambon bagian luar dikhusukan untuk perikanan ikan tangkap dan umpan sedangkanteluk Ambon bagian dalam dikhususkan untuk perikanan ikan tangkap, ikan umpan serta ditambahdengan keramba jaring apung (KJA). Berdasarkan fakta tersebut, maka sudah barang tentumasyarakat pulau Ambon banyak menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam yang ada diTeluk Ambon maupun di pesisirnya.Teluk Ambon merupakan salah satu wilayah pesisir di Indonesia yang mengalami pertumbuhan dan pembangunan yang pesat, selain itu pulau Ambon memiliki bentang alam yang berbukit-bukit dan bergunung disertai lereng terjal (450) dan hanya sekitar 20% saja yang berupadataran rendah yang sempit dan pada umumnya tersebar disekitar garis pantai, sehingga kondisi inimendorong sebagian besar pengembangan pemukiman dan fasilitas pendukung lainnya di kawasan pesisir pantai. Pengembangan wilayah yang terlalu mengekploitasi wilayah pesisir dan daerahsekitarnya akan mendorong terjadinya percepatan degradasi pesisir. Hal ini sesuai dengan hasi kajian ahli pesisir di Asia Tenggara menyatakan, 80% penduduk terkonsentrasi pada wilayah antara 0 – 60 km dari laut. Ini merupakan penyebab kondisi Teluk Ambon yang saat ini jauh dari kualitasdaerah perairan yang ideal dijadikan daerah perikanan, padahal banyak masyarakat yangmenggantungkan hidupnya pada sumber daya alam yang ada di Teluk Ambon bahkan pesisirnya

Berbagai hal yang melatarbelakangi banyaknya eksploitasi terhadap daerah pesisir adalah: (i) perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif di perairan  laut.Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan unik, karena pada wilayah ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan udara. Kekuatan dari daratdapat berwujud air dan sedimen yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatandari batuan pembentuk tebing pantainya. Kekuatan dari darat ini sangat beraneka. Sedang kekuatanyang berasal dari perairan dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal dari udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhuudara dan curah hujan; (ii) Ekosistem pesisir memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggisehingga mempunyai berbagai sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu potensinya meliputi keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove. Jenis ekosistem ini merupakan habitat nursery ground  bagi berbagai macam spesies ikankarang, gastropoda, bivalvia, dan kepiting bakau; (iii) daerah pesisir merupakan salah satu jalur  penghubung antar daerah bahkan antar negara, contoh: adanya pelabuhan. Perkembangan daerah pesisir biasanya dimulai dengan adanya fasilitas pelabuhan. Berawal dengan adanya pelabuhan makadaerah-daerah kawasan pesisir pun dieksploitasi. Teluk Ambon memiliki pelabuhan utama yangsetiap harinya memiliki lalu lintas laut yang sibuk karena banyak kapal-kapal perikanan yang berlabuh, hal ini tentu saja merangsang pembangunan fasilitas perikanan yang menjamur di sekitar teluk bahkan kemudian diikuti dengan berbagai fasilitas lainnya, yang tanpa disadari turutmengeksploitasi daerah pesisir.

Penyebab Degradasi Pesisir Teluk Ambon

Adapun berbagai penyebab terjadinya degradasi pesisir Teluk Ambon adalah: (i) pembukaanlahan di daerah upland untuk berbagai kepentingan mengakibatkan tutupan vegetasi berkurang.Tutupan vegetasi yang berkurang akan menyebabkan terjadinya erosi yang kemudian berujung padasedimentasi; (ii) pencemaran minyak dan sampah, yakni limbah domestik dan limbah industri; (iii) penyimpangan tata ruang untuk pemanfaatan daerah pantai, pembangunan di sepanjang pesisir  yang tidak terkontrol serta aktifitas daerah urban yang ada di sepanjang teluk.Dari latar belakang tersebut, maka terlihat jelas bahwa degradasi yang terjadi di pesisir Teluk Ambon berawal dari degradasi lahan dan tanah kemudian berlanjut dengan degradasi air permukaan hinggamenuju ke pesisir sebagai tempat pembuangan akhirnya.

Proses dan Dampak Degradasi Pesisir Teluk Ambon Terhadap Manusia

Pembukaan lahan di daerah upland  akan meningkatkan erosi permukaan, dan merupakanfaktor utama yang meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skalayang lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang pantai. Sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung. Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik di daerah aliran sungai terkait. Pembukaan lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapatmeningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya, pembangunan dam atau pengalihan aliran sungai dapatmerubah kondisi sedimentasi menjadi kondisi erosional. Bila sedimentasi semata-mata karenatranportasi muatan sedimen sepanjang pantai, laju sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat biladibandingkan dengan sedimentasi yang mendapat suplai muatan sedimen dari daratan. Prosessedimentasi berlangsung perlahan dan terus menerus selama suplai muatan sedimen yang banyak daridaratan masih terus terjadi. Proses sedimentasi berhenti atau berubah menjadi erosi bila suplaimuatan sedimen berkurang karena pembangunan dam atau pengalihan alur sungai. Pendangkalanakibat sedimentasi alamiah Membawa beberapa dampak negatif. Dasar di hilir sungai akan meninggiakibat sedimentasi ini. Akibatnya, air tidak mengalir dengan baik sehingga meningkatkankemungkinan banjir. Ekosistem pesisir juga terancam oleh pendangkalan. Biota-biota perairandangkal kehilangan habibat. Dampak yang ditimbulkan terhadap aktifitas masyarakat di pesisir Teluk Ambon adalah: jika kehilangan makanan, populasi ikan menyusut sehingga jumlah tangkapannelayan berkurang. Bagi pelayaran, dampak pendangkalan berupa menyempitnya alur. Akibatnya, perahu dan kapal semakin terbatas ruang geraknya, terjadinya abrasi pantai, terlalu banyak organismeyang mati akibat tercemar logam berat, habitat dan ekosistem banyak yang rusak disebabkan pengikisan pantai yang diakibatkan oleh proses sedimentasi.Limbah domestik biasanya berasal dari kegiatan manusia sehari-hari, baik berupa padatanmaupun cairan. Limbah domestik ini tergolong dalam limbah organik yang mudah terurai oleh bakteri dan jamur. Sehingga dapat menyebabkan kandungan oksigen di suatu perairan menjadirendah. Selain itu dapat menyebabkan eutrofikasi (pengkayaan unsur hara) sehingga dapatmenyebabkan blooming fitoplankton di suatu perairan. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabilalingkungan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Maksud dari peruntukannyaadalah lingkungan tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi sebagai tempat untuk hidup dan berkembangbiak oleh makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan pengelolaan UU No 32 tahun 2009, bahwa pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui bakumutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran di wilayah pesisir paling banyak terjadiakibat aktivitas manusia yang dengan sengaja membuang sampah atau limbah industri ke laut tanpamemikirkan efek sampingnya. Akibatnya dapat memberi pengaruh dalam kehidupan manusia, organisme lain serta lingkungan sekitarnya. Pada akhirnya dapat juga menyebabkan keanekaragaman biota laut di perairan menjadi rendah. Limbah cair domestik umumnya dapat dibagi dalam duakategori: yaitu limbah cair yang berasal dari cucian seperti sabun, deterjen, dan minyak, limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, sampo, tinja, dan air seni. Limbah cair seperti inimenghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Limbah cair domestik adalah air buangan dari residen/rumah tangga, institusi, fasilitas keterampilan, dan fasilitas-fasilitas lain yang sejenis, yang bervariasi kuantitas dan komposisinya dari waktu ke waktu. Limbahini mengandung bahan organik dan anorganik yang berbentuk cair, suspensi, atau koloid. Setiapmililiter dari limbah domestik ini biasanya mengandung jutaan sel mikroba, dan kebanyakanmengandung bakteri yang berasal dari saluran pencernaan, karbohidrat, vitamin, protein sehinggadapat degradasi oleh pengelolaan secara biologis. Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan sepertimandi, mencuci dan berbagai aktifitas lain yang kita anggap sepele namun menghasilkan sisa buangan ternyata dapat membahayakan bagi manusia dan lingkungan khususnya lingkungan laut.Proses masuknya bahan pencemaran ke dalam ekosistem laut Proses masuknya bahan pencemar kedalam laut kemudian dialirkan melalui tingkat-tingkat tropik yang terdapat pada lingkungan dipicuoleh tiga faktor yaitu :

1.       Disebarkan melalui adukan/turbulensi dan arus laut.
2.       Dipekatkan melalaui proses biologi dengan cara diserap oleh ikan, plankton nabati atauganggang, dan melalui proses fisik dan kimiawi dengan cara absorbsi, pengendapan dan pertukaran ion. Bahan pencemaran akhirnya akan mengendap di dasar laut.
3.       Terbawa langsung oleh arus dan biola laut (ikan).

Sebagian bahan pencemar yang masuk ke dalam ekosistem laut dapat diencerkan dandisebarkan keseluruh laut melalui adukan turbulensi dan arus laut. Untuk wilayah-wilayah laut yangluas dan terbuka dengan pola arus dan turbulensi yang aktif, bahan-bahan pencemar akan terurai danterbuang ke perairan laut yang lebih luas sehingga dapat meminimalkan konsentrasi akumulasinyadalam suatu badan perairan. Akan tetapi wilayah-wilayah laut yang sempit dan tertutup, bahan pencemar akan mudah sekali terakumulasi didalam suatu badan perairan. Bahan pencemar juga akanterbawa oleh arus laut atau ke biota yang sementara melakukan migrasi/ruaya ke wilayah lautlainnya. Dan akan lebih menguntungkan apabila terbawa perairan laut terbuka. Bahan pencemar yangtidak diencerkan dan disebarkan serta terbawa ke wilayah-wilayah laut yang luas dan terbuka, akandiperlukan melalui proses biologi, fisik dan kimiawi, dimana dalam proses biologi, bahan pencemar  biasanya diserap oleh organisme laut seperti ikan, fitoplankton maupun tumbuhan laut diserap lagioleh plankton nabati kemudian akan berpindah ke tingkat-tingkat tropik selanjutnya sepertiavertebrata dan zooplankton dan kemudian ke ikan dan mamalia. Sedangkan dalam proses fisik dankimiawi, bahan pencemar akan diabsorbsi, diendapkan dan melakukan proses pertukaran ion.Selain limbah domestik, pencemaran juga dapat berasal dari limbah industri yang berupa buangan minyak ke laut. Buangan minyak ini berasal dari aktifitas PLTD yang berada di sekitar lokasi Teluk Ambon dan juga kapal-kapal yang melintasi dan berlabuh di Teluk Ambon. Minyak merupakan bahan kimia yang berbahaya yang berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar (bentos), yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantaimakanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racunyang tersimpan. Masuknya molekul-molekul hidrokarbon minyak ke dalam sel. Berbagai jenisudang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak. Minyak menyebabkan kematian pada ikandisebabkan kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya. Untuk jangka panjang, terutama bagi biota laut yang masih muda. Minyak di dalam lautdapat termakan oleh biota-biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat terakumulasi dalam senyawalemak dan protein.Hal lainnya adalah penyimpangan tata ruang di kawasan pesisir teluk Ambon, yakni pembangunan pemukiman yang terlampau jauh mengkapling kawasan pesisir bahkan pengeringanyang berlebihan membuat jalan air menjadi sempit.

Cara Penanggulangannya

Untuk menanggulangi sedimentasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang salah satunya dengan cara pengerukan.Untuk pekerjaan pengerukan, yang harus diperhatikan adalah:
a.       Pekerjaan pengerukan meliputi dua jenis kegiatan, yaitu pekerjaan pengerukan yanghasil material keruknya tidak dimanfaatkan atau dibuang dan pekerjaan pengerukan yanghasil material keruknya dimanfaatkan. 
b.      Selain itu pengerukan dapat dikategorikan dalam dua pekerjaan yaitu pekerjaan pengerukan awal dan pengerukan untuk pemeliharaan alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan.
c.       Pekerjaan pengerukan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pelaksanaan pengerukan,transportasi material keruk ke lokasi pembuangan dan kegiatan pembuangan materialkeruk di lokasi pembuangan material keruk (Dumping area).
Untuk lokasi pengerukan, harus diperhatikan hal-hal berikut ini:
a.       Pekerjaan pengerukan dapat dilaksanakan di perairan yang meliputi : alur laut bebas, alur angkutan perairan, alur pelayaran, alur masuk pelabuhan,anjir atau terusan, kanal dan lokasi-lokasi lain. 
b.      Pekerjaan pengerukan dan atau penambangan harus memperhatikan lokasi keruk dan atautambang dengan memperhatikan zona-zona yang ada antara lain zona keselamatan ( Zafety zone ), zona TSS ( Trafficseparation Scheme ), zona STS (Ship to ship transfer ) dan zona tempat labuh jangkar (anchorage area), zona kabel laut, zona pipa instalasi bawah air, zona pengeboran lepas pantai (Off shore drilling), zona pengambilan barang-barang berharga, zona keamanan sarana bantu navigasi (SBNP), maupun zona-zona lainnya yang diatur olehketentuan Internasional maupun instalasi Pemerintah terkait.
c.        Bagi pelaksana pekerjaan pengerukan/penambangan di zona trafficseparation sheme ataulokasi lainnya yang merupakan alur pelayaran yang ditentukan oleh pemerintah aupun IMOharus mematuhi segala ketentuanantara lain yang telah diatur dalam Convention on Regulation for Preventing Collition at Sea 1972
d.      Setiap pekerjaan pengerukan/penambangan harus mencantumkan volume sistem kerja dan jangka waktu pelaksanaan secara jelas, sedang lokasinya ditetapkan dalam bentuk koordinatgeografis agar dapat diinformasikan melalui Berita Maritim ke semua kapal yang akanmelintas di area pekerjaan oleh Syahbandar.e.
e.      Area keruk/tambang di zona traffic separation scheme yang merupakan zona lintas batasyang terdiri dari beberapa negara harus mendapat rekomendasi dari Negara Anggota Tripartiate Technical Group (TTEG) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Untuk lokasi pembuangan hasil pengerukan yang perlu diperhatikan adalah:
a.       Tempat pembuangan material keruk yang lokasinya di perairan, idealnya dibuang pada jarak 12 mil dari daratan danatau pada kedalaman lebih dari 20 m ataulokasi lainnya setelahmendapat rekomendasi atau izin dari Direktorat Jenderal perhubungan Laut,melalui ADPELatau KAKANPEL setempat. 
b.       Tempat pembuangan material keruk di darat harus mendapat persetujuan dari PEMDAsetempat yang berkaitan dengan penguasaan lahan yang sesuai RUTR.

Pada tahap selanjutnya, untuk meminimalisir jumlah sedimen yang masuk ke perairan makadapat digunakan teknologi subsurface flow system yaitu dengan menggunakan bantuanvegetasi sebagai filter dan perangkap sedimen. Gambar. Subsurface flow system (USDA, 1995)

Untuk penanggulangan limbah industri dan domestik dapat dilakukan dengan melakukan penanggulangan limbah terlebih dahulu. Dan khusus untuk limbah domestik, harus ada larangan dansanksi tegas dari pemerintah agar masyarakat tidak membuang limbah domestik ke perairan. Untuk limbah industri, dalam hal ini minyak maka dapat ditanggulangi dengan biodegradasi.Di tahun 1972 dikemukakan tentang penggunaan bakteri untuk membantu meningkatkan biodegradasi minyak bumi, sehingga dapat mengurangi pencemaran. Secara biologis, biodegradasioleh bakteri merupakan salah satu cara yang tepat, efektif dan hampir tidak memiliki pengaruhsampingan pada lingkungan karena tidak menghasilkan racun ataupun blooming (ledakan populasi)karena bakteri ini akan mati seiring dengan habisnya minyak. Aktivitas organisme mampu membantu proses pembersihan tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak menjadi CO2 dan H2O. Padalingkungan laut, aktivitas degradasi hidrokarbon oleh bakteri dibatasi minimnya konsentrasi nutrisiyaitu nitrogen dan fosfor. Penambahan nitrogen dan fosfor ke dalam komponen minyak dapatmerangsang proses biodegradasi tumpahan minyak. Biodegradasi merupakan suatu proses yang penting artinya bagi rehabilitasi lingkungan yang tercemar oleh minyak bumi maupun produk- produknya, dengan memanfaatkan aktivitas bakteri untuk menguraikan pencemar minyak menjadi bentuk lain yang lebih sederhana, tidak berbahaya, dan diharapkan memiliki nilai tambah bagilingkungan. Minyak banyak mengandung bahan organik, hidrokarbonnya banyak dimanfaatkan oleh bakteri dalam proses kehidupannya. Proses oksidasi hidrokarbon oleh bakteri dan fungi banyak membantu proses dekomposisi minyak dan produk minyak. Beberapa jenis bakteri, fungi, yeast, sianobakter, dan alga hijau menunjukkan kemampuan mengoksidasi hidrokarbon. Pada dasarnyasemua bakteri mampu mendegradasi minyak, hanya saja setiap jenis memiliki kemampuan yang berbeda-beda termasuk diantaranya Pseudomonas, Cyanobacter, Mycobacter dan beberapa jenisyeast. Oksidasi hidrokarbon oleh bakteri tergantung pada faktor lingkungan seperti suhu, pH dannutrisi.

Untuk penyimpangan tata ruang yang sudah terlanjur terjadi, maka hanya pihak pemerintah yangdapat mengatasinya dengan membuat kebijakan. Kebijakan tersebut dapat berupa alternative penggunaan teknologi untuk meminimalisir kerusakan pesisir akibat penyimpangan tata ruang. 

Penutup

Sebagai penutup, untuk strategi pengendalian pencemaran ada tiga langkah penanganan yaitu:
1.       Berdasarkan Kebijakan : Yang dimaksud dengan penanganan ini adalah berdasarkanPeraturan perundang-undangan yang di terbitkan baik daerah pemerintah maupunPusat. (PP No. 82 Tahun 2001)
2.       Berdasarkan Teknis : Bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambahalat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
3.        Non Teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan caramenciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur danmengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikangambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnyameliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilakudisiplin.

                                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar